Rabu, 29 Agustus 2012

"Hadiah Untuknya" Last Part

Setiap hari, aku selalu memeriksa nomor resi kiriman itu agar aku bs mengetahui apakah hadiahku telah sampai kepadanya. Hari demi hari pun telah kulewatin, dan akhirnya telah seminggu berlalu. Saat itu, ketika pulang sekolah, aku sangat ingin memeriksa timeline twitternya. Tiba-tiba aku terkejut, ketika melihat apa yang telah dia tuliskan saat itu. Ternyata hadiahku sudah diterima olehnya. Dengan sangat cepat, aku langsung membuka website JNE dan memeriksa nomor resi itu kembali. Dan ternyata benar, hadiah itu telah sampai di tangannya. Dalam hatiku, terpancar rasa yang sangat gembira saat itu. Rasa itupun memuncak seketika, ketika kulihat tweetnya yang lain bahwa dia menyukai hadiahku itu dan berterima kasih saat itu. Namun dia masih belum tahu siapa yang telah mengirimkan hadiah tersebut.

Kira-kira sekitar setengah jam kemudian, aku merasa dia sudah menyadarinya. Tiba-tiba, aku mendapat sebuah pesan darinya melalui direct message twitter. Aku sangat ragu ketika membukanya, tapi akhirnya kubuka juga isi pesan itu. Dia sangat berterima kasih atas pemberian hadiah itu. Aku sangat senang membacanya, terutama bisa melihat dia bahagia. Aku sangat yakin sekali, hadiahku itu akan sangat bermanfaat baginya. Dari situlah aku telah menyadari satu hal. Hal yang membuatku paling bahagia bukan sesuatu yang spesial, tetapi ketika bisa melihat orang lain di sekitarku tersenyum dan merasakan kebahagiaan.

"The End"

Sabtu, 25 Agustus 2012

Instrument Piano "Tuhan Yesus Baik"



Apapun yang terjadi, di dalam hidupku...
S'lalu ku berkata, Tuhan Yesus baik...
Dalam segala hal yang terjadi...
Ttetap ku berkata Tuhan Yesus baik...

Reff :
Ku sembah Kau, ku sembah Kau...
Tak dapat ku membalas kasihMu...
Ku sembah Kau, ku sembah Kau Bapa...
Ku rindu s'lalu menyenangkanMu...

"Hadiah Untuknya" Part 3

Setelah sampai di rumah, aku langsung masuk ke dalam kamar dan menyalakan komputerku. Aku berniat untuk mencari informasi tentang Tiki atau JNE yang masih buka melalui internet. Namun hal itu membuatku kesal, ketika koneksi internetku sedang mengalami kerusakan. Akhirnya, untuk meredakan amarahku itu, aku hanya berbaring di temapt tidur sambil mendengarkan sebuah lagu dan tertidur pulas.

Setelah terbangun dari tidurku, aku langsung menyalakan komputerku kembali dan mencoba koneksi internetku. Pada saat itu, aku sangat senang karena internetku sudah lancar kembali dan aku segera mencari informasi melalui mesin pencari google. Tiba-tiba, semangatku kembali memuncak ketika menemukan informasi penting. Informasi tersebut berisi bahwa ada tempat JNE yang masih buka di dalam TangCity Mall. Akupun segera mengambil HPku dan segera menelfon nomor yang tercantum di dalam website tersebut. Ternyata, JNE di sana memang benar masih buka, dan tanpa berpikir panjang, aku langsung meminta izin kepada orang tuaku dan langsung menuju TangCity Mall. Itu merupakan perjalanan terjauhku dengan mengendarai motor sendiri selain pergi ke rumah temanku yang ada di Daerah Depok.

Satu jam perjalananpun telah kutempuh dan akhirnya aku berhasil sampai di tempat tujuan, walaupun aku hampir tersasar beberapa kali. Aku memasuki mall tersebut dengan perasaan senang sekali dan sempat beberapa kali bertanya kepada seseorang di mana tempat JNE itu berada. Sebelumnya aku telah mencatat nomor ruko JNE tersebut, yaitu nomor B150 yang ada di lantai 1. Aku mengitari toko-toko di sana, sampai akhirnya aku sudah berada di ujung, dan aku langsung terkejut ketika menengok ke sebelah kiriku karena di situ adalah tempat agen JNEnya. Akupun langsung menghampiri orang yang ada di sana dengan gembira sekali.

Tiba-tiba hatiku sangat kecewa, bahkan kesal, kesal sekali. Seseorang yang melayaniku berkata bahwa barangku baru bisa dikirim sekitar 5 hari kemudian, padahal sebelumnya aku telah bertanya kepadanya di telfon dan ia mengatakan bahwa barangku bisa dikirim dalam sehari. Ingin rasanya aku marah dengan orang tersebut, tetapi aku tersadar bahwa itu tidak ada gunanya. Pada saat itu, aku belum memutuskan untuk mengirimkan hadiahku atau tidak. Akupun berjalan memutari mall lantai 1 tersebut. Sempat aku berpikir, bahwa jarak rumahku dengan dia saja tidak sejauh aku menuju mall ini, dan sempat aku berpikir untuk mengirimkan langsung hadiahku ke rumahnya, namun aku terlalu berani untuk melakukan hal tersebut.

Akhirnya, keputusanpun sudah kuambil. Aku tetap mengirimkan hadiahku itu melalui JNE dengan perasaan sangat kecewa sekali. Akupun kembali pulang ke rumah dengan mengendarai motorku dengan sangat pelan karena aku berpikir perasaanku itu bisa membahayakan diriku saat itu.

to be continue... :)

"Hadiah Untuknya" Part 2

Selama kurang lebih 1 jam aku mencarinya, namun tetap tidak kutemukan. Kebanyakan toko tersebut sudah tutup atau sedang pergi mudik lebaran. Aku memulai pencarian dari rumah temanku yang berada di Bukit, kemudian aku menuju pasar. Di sana, aku menemukan sebuah toko yang menjual CD musik, tetapi sayangnya, ia tidak menjual DVD-R atau DVD-RW itu. Aku melanjutkan perjalanan kembali. Aku pergi menuju tempat fotokopi yang ada di dekat sekolahku, namun sayangnya toko itu juga tutup. Akhirnya akupun tetap mencari sampai menuju parakan dan berhenti di depan Villa Dago.

Sebelum berhenti di depan Villa Dago, aku terus berjalan lurus melewatinya hingga tanpa sadar aku melihat sebuah gang kecil yang ada gapura di atasnya. Tidak tahu mengapa, tiba-tiba aku langsung berhenti dan ingin melihat nama jalan yang ada di gapura itu. Dengan sangat terkejut, aku melihat nama jalan tersebut sama dengan alamat dia yang ingin kuberi hadiah itu. Sebelumnya aku telah mendapatkan alamat rumahnya melalui twitter dengan berpura-pura ingin mengumpulkan data anak ekskul RohKris. Akupun langsung memasuki gapura tersebut namun hanya sebentar, karena aku teringat akan tujuan utamaku untuk mencari DVD itu. Aku pun langsung berbalik arah dan pergi menuju ke dalam Gerbang Villa Dago.

Di dalam Villa Dago, aku menuju rumah temanku yang berada di Alam Asri 1. Aku bertanya kepadanya apakah dia mempunyai DVD itu, namun sayangnya ia menjawab tidak. Iapun menyarankanku untuk mencarinya di Pamulang 1. Namun bodohnya, aku tidak mengikuti saran tersebut dan terus bergerak hingga sampai di Perumahan Sarua Makmur. Selama perjalanan itu, tiba-tiba aku teringat akan tempat fotokopi di dekat rumahku itu. Dengan sangat cepat, aku mengendarain motorku menuju toko tersebut dengan gembira.

Kegembiraan itu dalam sekejap lenyap seketika, ketika kulihat toko yang kudatangi itu sudah tutup. Mungkin karena sudah terlalu malam, pikirku saat itu. Aku hampir meneteskan air mata, namun aku tidak langsung menyerah. Aku melanjutkan perjalananku dan mencarinya di BSD. Namun apa daya, setiap ruko-ruko yang kudatangi sudah tutup semua dan jalananpun semakin sepi. Tadinya, aku berniat untuk mengunjungi rumah temanku, tetapi kubuang niatku itu dan akupun langsung pulang menuju ke rumah.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali kutinggalkan rumah dan pergi menuju tempat fotokopi di dekat rumahku itu. Puji Tuhan, ternyata toko tersebut sudah buka dan dengan segera aku langsung membeli DVD itu. Akupun melanjutkan perjalanan menuju rumah temanku untuk menlanjutkan proses burning file-fileku itu dengan sengat senang.

Akhirnya, proses burningpun selesai. Aku langsung pergi menuju pasar untuk mencari toko pembungkus kado. Namun sayangnya, setiap toko yang kudatangi sedang tutup semua. Tiba-tiba terpikir olehku mengapa tidak aku sendiri saja yang membungkus hadiah tersebut. Akhirnya, aku segera membeli kertas kado dan pulang menuju ke rumah sambil mencari tempat pelayanan jasa Tiki atau JNE. Akan tetapi, setiap kutemukan tempat tersebut, ternyata sedang tutup dan bodohnya, aku tidak membaca kertas yang tertempel di pintu tersebut. Akupun segera pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, aku langsung memasukan barang-barangku ke dalam kamar agar tidak dilihat oleh keluargaku. Aku segera membungkus hadiah tersebut dengan sangat rapi yang di dalamnya terdapat tulisan ucapan selamat ulang tahun untuknya. Setelah itu, aku langsung menuju tempat Tiki langgananku di BSD.

Setelah sampai di sana, aku langsung terkejut seketika, ketika melihat Tiki tersebut juga tutup. Aku mendekati pintu masuknya dan membaca kertas yang tertempel di pintu tersebut. Dan seketika itu aku baru sadar, ternyata mereka tutup karena menjelang Hari Lebaran. Dengan sangat kecewa sekali, aku tidak tahu lagi harus melakukan apa saat itu. Aku berkeliling di sekitarnya dan mencari tempat Tiki, JNE, dan kantor pos yang masih buka, namun semuanya sia-sia. Akupun akhirnya pulang menuju ke rumah dengan sangat kecewa sekali. Ingin rasanya aku pergi ke suatu tempat yang sepi dan berteriak sekeras-kerasnya.

"Hadiah Untuknya" Part 1

Kisahku dimulai sejak hari itu, di mana terdapat acara pesantren kilat di sekolahku. Bagi kami yang telah bergabung dalam ekskul Rohani Kristen (RohKris), tidak wajib untuk mengikuti acara tersebut. Akan tetapi, kami mempunyai acara sendiri, yaitu acara retreat yang kami adakan di daerah puncak. Semua itu merupakan awal dari pertemuanku dengannya.

Kami menempuh perjalanan tersebut dengan menggunakan bis, namun karena keterbatasan tempat duduk, kami sebagai pengurus inti kelas 12 harus tetap berdiri di dalam bis selama perjalanan tersebut. Hal itu tidak membuat kami resah, karena betapa bahagiannya kami bisa bertemu dengan adik-adik kelas yang baru. Namun pada saat itu aku masih belum mengenalnya.

Awalnya, aku tidak terlalu tertarik kepada acara tersebut, namun karena ada beberapa hal yang harus kusampaikan kepada adik-adik kelasku, akhirnya akupun mengikutinya.

Setelah kurang lebih menempuh 2 jam perjalanan, akhirnya kami semua sampai di tempat tujuan, sebuah villa yang sangat indah dan cukup luas halamannya. Di hari pertama itu, kami telah menyiapkan susunan acara sedemikian rupa yang kami tempelkan di setiap kamar.

Acara pertama yang kami susun saat itu adalah games dan sesi sharing. Games itu dipimpin oleh kedua temen kami, yaitu Siska dan Niken. Mereka semua terlihat bahagia mengikuti acara tersebut. Setelah selesai, acara dilanjutkan dengan sesi sharing yang dibagi menjadi beberapa kelompok. Dalam sesi tersebut, aku menyampaikan semua pesan-pesanku kepada adik-adik kelas di kelompokku. Namun sayangnya, aku tidak sekelompok dengannya.

Sesi pertamapun akhirnya berakhir, selanjutnya kami memberika waktu untuk bersantai dan menikmati beberapa snack yang sudah kami siapkan. Di lantai 2 villa tersebut terdapat halaman yang kami gunakan untuk bersantai. Di tempat itulah, kami melihat banyak layangan yang berterbangan di udara. Dan pada saat itulah aku berkenalan dengannya.

Saat itu, dia sangat tertarik dengan layangan tersebut. Dengan segera, dia meminjam sebuah layangan kepada penduduk di sekitar villa tersebut. Akupun melihatnya bermain layangan dengan gembira. "Dia seseorang yang tidak mudah menyerah", pikirku dalam hati. Dia selalu berusaha untuk menerbangkan layangan tersebut meskipun sudah terlihat lelah. Dengan ragu, akupun mendekatinnya dan membantunya menerbangkan layangan tersebut. Setelah itu, aku tidak pernah mendapatkan moment yang tepat lagi untuk mengobrol dengannya karena acara hanya dilanjutkan dengan sesi post to post, api unggun, dan membuat jagung bakar.

Di hari kedua, acara tetap berjalan dengan lancar. Dimulai dengan sesi renungan di pagi hari hingga sampai siang hari dan diadakan acara sertijab dari pengurus inti kelas 12 kepada pengurus inti yang baru, yaitu kelas 11. Sampai perjalanan pulangpun aku tidak menemukan kesempatan untuk mengobrol lagi dengannya, namun aku tetap merasa bahagia karena sudah berhasil menyampaikan semua pesan-pesanku kepada adik-adik kelas yang baru yang menurutku dapat melanjutkan impianku itu.

10 Hari kemudian setelah acara retreat tersebut, tepatnya pada Hari Minggu, aku memeriksa pesan-pesan yang terdapat di dalam emailku. Salah satu pesan tersebut berisi tentang orang-orang yang akan berulang tahun seminggu ke depan. Akupun sangat terkejut setelah melihat pesan tersebut karena aku melihat namanya terdapat di dalam daftar ulang tahun pesan tersebut. "Waw, sesuatu banget", kataku dalam hati. Dengan cepatnya, aku memutuskan untuk ingin memberikan hadiah padanya. Selama hampir 3 jam, aku memikirkan hadiah apa yang akan kuberikan padanya sambil bermain game di dalam komputerku.

Pada malam hari, akhirnya akupun berhasil memutuskan hadiah apa yang akan kuberikan padanya. Dengan cepatnya, aku menyiapkan semua itu selama 3 hari dan selama 2 malam itu aku bergadang sampai pagi untuk menyiapkan semuanya itu. Aku ingin mengirimkan satu folder yang isinya file-file yang menurutku akan sangat berguna baginya.

Setelah 2 hari aku menyiapkannya, aku segera menuju tempat fotokopi di dekat rumahku untuk membeli DVD-RW. Namun sayangnya, yang tersedia hanyalah sebuah DVD-R. Karena menurutku sangat sulit mencarinya di Hari Lebaran ini, akhirnya aku memutuskan untuk tetap membelinya. Akupun segera pulang ke rumah dan segera memasukan file tersebut ke dalam DVD tersebut. Sampai akhirnya, sesuatu yang sangat tidak menyenangkan menimpaku.

Ketika aku sedang menunggu proses burning di komputerku, tiba-tiba proses tersebut menjadi "Not Responding". Aku sangat kaget saat itu, dan aku belum menyadari bahwa DVD yang kupakai itu sudah tidak dapat digunakan lagi. Akhirnya pada malam hari, aku pergi ke rumah temanku untuk meminta bantuannya. Di situlah aku baru menyadarinya dan hal yang sengat kebetulan lagi, temanku yang juga menjual DVD itu sedang kehabisan persediaan. Akhirnya, di malam itu aku mencari tempat fotokopi yang menjual DVD itu.

Minggu, 01 Juli 2012

"Kembalikan Tanganku Ayah"


Sepasang suami isteri – seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan. Tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, “Kerjaan siapa ini !!!” …. Pembantu rumah yang tersentak engan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah adam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ‘ Saya tidak tahu..tuan.” “Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?” hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata “Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik …kan!” katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya . Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.

Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa… Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. “Oleskan obat saja!” jawab bapak si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Dita demam, Bu”…jawab pembantunya ringkas. “Kasih minum panadol aja ,” jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap” kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya sangat serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. “Tidak ada pilihan..” kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu diamputasi karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut…”Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua telapak tangannya harus diamputasi” kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.

Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. “Ayah.. ibu… Dita tidak akan melakukannya lagi…. Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi… Dita sayang ayah..sayang ibu.”, katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. “Dita juga sayang Mbok Narti..” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

“Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?… Bagaimana Dita mau bermain nanti ?… Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, ” katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf…Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi…, Namun…., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya...
Source : www.pemulihanjiwa.com

"Jangan Benci Aku Mama"

Dua puluh tahun yang lalu aku melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Hasan, suamiku, memberinya nama Erik. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Aku berniat memberikannya kepada orang lain saja atau dititipkan di panti asuhan agar tidak membuat malu keluarga kelak.

Namun suamiku mencegah niat buruk itu. Akhirnya dengan terpaksa kubesarkan juga. Di tahun kedua setelah Erik dilahirkan, akupun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Kuberi nama Angel. Aku sangat menyayangi Angel, demikian juga suamiku. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan & membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.

Namun tidak demikian halnya dengan Erik. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Suamiku sebenarnya sudah berkali-kali berniat membelikannya, namun aku selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Suamiku selalu menuruti perkataanku.

Saat usia Angel 2 tahun, Suamiku meninggal dunia. Erik sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya aku mengambil sebuah tindakan yang akan membuatku menyesal seumur hidup. Aku pergi meninggalkan kampung kelahiranku bersama Angel. Erik yang sedang tertidur lelap kutinggalkan begitu saja.

Kemudian aku memilih tinggal di sebuah rumah kecil setelah tanah kami laku terjual untuk membayar hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun………. telah berlalu sejak kejadian itu.

Kini Aku telah menikah kembali dengan Beni, seorang pria dewasa yang mapan. Usia pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Beni, sifat-sifat burukku yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang.

Angel kini telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkannya di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Erik dan tidak ada lagi yang mengingatnya. Sampai suatu malam. Malam di mana aku bermimpi tentang seorang anak. Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali. Ia melihat ke arahku. Sambil tersenyum ia berkata, “Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu cekali sama Mama!”

Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun aku menahannya,
“Tunggu…, sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak manis?”
“Nama saya Elik, Tante.”
“Erik? Erik… Ya Tuhan! Kau benar-benar Erik?”

Aku langsung tersentak bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan aneh lainnya menerpaku saat itu juga. Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu, seperti sebuah film yang sedang diputar di kepala. Baru sekarang aku menyadari betapa jahatnya perbuatanku dulu. Rasanya seperti mau mati saja saat itu. Ya, saya harus mati…, mati…, mati…
Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Erik melintas kembali di pikiranku. Ya Erik, Mama akan menjemputmu Erik…sabar ya nak….”

Sore itu aku memarkir mobil biruku di samping sebuah gubuk, dan Beni suamiku dengan pandangan heran menatapku dari samping. “Maryam, apa yang sebenarnya terjadi?”

“Oh, suamiku, kau pasti akan membenciku setelah kuceritakan hal yang telah kulakukan dulu.” tetapi aku menceritakannya juga dengan terisak-isak.

Ternyata Tuhan sungguh baik kepadaku. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangisku reda, aku pun keluar dari mobil diikuti oleh suami dari belakang. Mataku menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter didepan. Aku mulai teringat betapa gubuk itu pernah kutempati beberapa tahun lamanya dan Erik….. Erik……

Aku meninggalkan Erik di sana 10 tahun yang lalu. Dengan perasaan sedih aku pun berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintu yang terbuat dari bambu itu. Gelap sekali… Tidak terlihat sesuatu apa pun! Perlahan mataku mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu.

Namun aku tidak menemukan siapa pun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Aku mengambil seraya mengamatinya dengan seksama… Mataku mulai berkaca-kaca, aku mengenali betul potongan kain tersebut, itu bekas baju butut yang dulu dikenakan Erik sehari-hari…… Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, aku pun keluar dari ruangan itu… Air mataku mengalir dengan deras. Saat itu aku hanya diam saja. Sesaat kemudian aku dan suami mulai menaiki mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, tiba – tiba aku melihat seseorang di belakang mobil kami. Aku sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.

Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali aku tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.
“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau ke sini?!”

Dengan memberanikan diri, aku pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Erik yang dulu tinggal di sini?”

Tiba – tiba Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk! Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Erik terus menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mamaaa…, Mamaaa!’ Karena tidak tega, saya terkadang memberinya makan & mengajaknya tinggal bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Erik meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…..”

Saya pun membaca tulisan di kertas itu…

“Mama, mengapa Mama tidak pernah kembali lagi…? Mama benci ya sama Erik? Ma…., biarlah Erik yang pergi saja, tapi Mama harus berjanji kalau Mama tidak akan benci lagi sama Eric. Udah dulu ya Ma, Erik sayaaaang sama Mama, ……”

Aku menjerit histeris membaca surat itu. “Bu, tolong katakan… katakan di mana ia sekarang? Aku berjanji akan meyayanginya sekarang! Aku tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!” Suamiku memeluk tubuhku yang bergetar sangat keras.

“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Erik telah meninggalkan dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mama-nya datang, Mama-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana … Ia hanya berharap dapat melihat Mamanya dari belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya disana. Nyonya, dosa Anda tidak terampuni!”

Aku kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi. Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran bagi pembaca semuanya...
Source : www.pemulihanjiwa.com

Minggu, 17 Juni 2012

Seminar "Mimpi Sejuta Dollar" Part 2

Hello guys, akhirnya ane bs jg ngelanjutin lg post ane yg dlu... :) Kalo dipikir-pikir wkt flashback lg saat ane ingin mengikuti seminar itu, byk bgt jalan pikiran n keputusan-keputusan yg baru ane dpt. Tp seblmnya ane msh mau ngelanjutin cerita ane selama perjalanan menuju seminar tsb. So, don't go anywhere... :)

Wkt itu, disaat ane sdh mentransfer uang untuk membeli tiket seminar tsb, timbul pikiran dr diri ane n teman-teman ane ketakutan akan suatu hal penipuan. Pikiran ane selalu melayang-layang saat membaca buku "MSD" bahwa sang motivator jg pernah tertipu karena memberikan dana investasi dgn mudahnya kpd seseorang. Pd akhirnya, ane hanya bs percaya n menunggu ketika menerima sms dr official bahwa tiket akan dikirim keesokan harinya. Ane pun sdh merasa lega karena masih mendapat respon setelah mengirimkan uang pembelian tiket tsb.

Keesokan harinya sebuah pesan masuk ke hp ane. Betapa girangnya disaat ane membaca pesan tsb bahwa tiketnya sudah dikirimkan ke email ane. Dengan sangat cepat, ane lgsg memberitahukan kedua teman ane itu. Ane pun lgsg membuka email ane n melihat isi pesan tsb. Namun, kegembiraan itu hilang dlm sekejap ketika ane melihat bahwa pesan tsb hanya berisi pesan tertulis n nmr tiket yg harus dibawa saat acara berlgsg. Dalam pikiran ane, timbul ketakutan kembali karena ane (sblmnya blum pernah membeli sesuatu secara online) hanya mendapat pesan spt itu. Segera ane mengambil hp n mengirimkan pesan kpd official tsb. Ane menjelaskan hanya mendapat pesan tertulis spt itu n wkt itu, ane sangat bingung apa yg harus dibawa saat acara berlgsg karena dlm pesan tsb harus membawa tiket seminar itu. Akhirnya official itu membalas pesan ane n berjanji akan mengirimkan kembali tiket tsb di keesokan harinya.

Keesokan harinya, akhirnya ane menerima pesan lg dr official tsb. Namun, ane merasa kecewa karena pesan yg diterima sama persis dgn apa yg ane terima sblmnya. Ane pun lgsg bertanya kpd kembali official itu. Ternyata setelah dijelaskan, ane baru sadar bahwa tiket yang dibawa itu berupa pesan tertulis tsb. Tertanam sedikit malu di pikiran ane namun merasa senang karena artinya ane bs menghadiri acara seminar tsb. Ane pun lgsg menceritakan semuanya kpd kedua teman ane.

Setelah selesai bercerita, timbul masalah baru yg hrs ane putuskan saat itu, yaitu mengenai transport yg akan dipakai untuk menuju acara tsb. Awalnya kami bersepakat untuk menggunakan kereta api, namun akhirnya kami memutuskan untuk menggunakan jalur bus way karena mengingat tempat tsb cukup jauh dgn stasiun kereta api. Namun, tak disangka disaat wkt sudah menunjukkan H-1, saat ane sedang membincangkan kapan wkt keberangkatan dgn teman-teman ane, tiba-tiba salah satu teman ane mengirimkan suatu pesan. Betapa bahagianya ane ketika membaca pesan tsb bahwa orang tuanya ingin menghantarkan kami menuju acara seminar tsb. Kami pun sgt senang, dan di pagi harinya kami lgsg semangat bangun n berangkat dgn wajah ceria ke acara tsb. Hingga pd akhirnya kami memutuskan untuk menggunakan jalur bus way disaat perjalanan pulang.

Sampai di sini dlu cerita ane, kalo mau komentar silakan follow twitter ane: @ervin_ok (jd promosi, hehe...) kapan-kapan ane ceritain bagaimana acara seminar tsb n perjalanan pulang ane bersama teman-teman ane setelah mengikuti seminar tsb... Bye... God Bless.... :)

Minggu, 06 Mei 2012

Engkau Alasan Ku Hidup (My Favorite Song)

Lagu ini sangat berkesan untuk gw, s'moga bermanfaat, JBU.... :)

Ku hidup karna AnugrahMu....
Tiada satupun dapat kubanggakan....
Semua karena cintaMu....
Ini hidupku, pimpin jalanku....

KasihMu mengubah hidupku....
Kau memilihku s'lamatkan hidupku....
Semua karna anugrahMu....
Ini hidupku, pimpin jalanku....

Yesus pegang erat tanganku....
Ku tak dapat hidup di luar kasihMu....
Bapa jangan tinggalkan aku....
Engkau alasan s'lama ku hidup....

Rabu, 02 Mei 2012

Seminar "Mimpi Sejuta Dollar"

Hhmmm... Sebenernya ane pengen cerita dr awal bgt nih... tp terlalu panjang untuk diungkapkan, haha...
Jadi begini loh, suatu hari tanpa sengaja ketika ane sedang bermain twitter, tiba-tiba... ane gk sengaja ngeliat tweet idola ane ngadain seminar di daerah Jakarta... Wah, begitu ane ngebaca, tanpa ragu lgsg aja ane ngajak 2 temen ane yg hampir seprinsip dgn ane, hehe... Begitu jg dgn CPnya (Contact Person) lgsg ane mengetik beberapa kata untuk menanyakan harga tiket dan tempat seminar itu...

Teman-teman ane sebnernya msh ragu mengikuti seminar itu, apalagi harganya juga kita blum tau... Akhirnya, gk lama kemudian ane pun menerima balasan dari official yang ngurus seminar itu... Begitu ane baca, ane lgsg pasrah n kecewa... Tidak disangka ternyata harga tiketnya itu ternyata lebih mahal dari tiket masuk dufan (Mungkin untuk seminar itu secara umum cukup murah), tp bagi ane n teman-teman ane yang masih pada sekolah, itu cukup mahal bahkan terlalu mahal... Akhirnya begitu ane ngasih tau teman-teman ane, ane ud menduga pst mereka jg gk bakal mau ikut, n... ternyata bner dugaan ane, hehe... Akhirnya, impian ane untuk pergi ke seminar itu pudar dalam sekejap....

Setelah beberapa hari telah berlalu, di dalam hati ane, ane tetep berharap bs dtg ke seminar itu... Akhirnya, ane bertanya lagi kedua teman ane lagi, tp jwbnnya tdk jauh berbeda... Kendala kami bertiga adalah tetap di masalah dana... Namun, pd suatu malam, tiba-tiba ane menerima pesan dr official seminar tsb, bahwa seminar akan diadakan 5hr lg... ane pun memberanikan diri untuk mengirim pesan lagi ke official seminar tsb... n kalian tw apa yg ane kirim...?? ane menanyakan apa ada potongan harga bwat para pelajar, hehe... setelah mengirim pesan itu, ane gk mengharapkan balasan yg bgs, karena dlm pikiran ane pst gk mungkin ada, akhirnya ane memutuskan untuk meninggalkan hp ane n membaringkan diri ane di tempat tidur...

1-2menit pun akhirnya berlalu, n tiba-tiba hp ane berbunyi tanda ada sms masuk, dgn sangat ragu ane mengambil hp tsb... n apa yg terjadi... ternyata sms tsb adalah balasan dr official seminar itu, n begitu ane ngebaca pesannya, raut wajah ane lgsg berubah menjadi tersenyum riang... Ternyata pesan tsb menanyakan apakah ane pny kartu identitas pelajar... dgn sgt cpt n yakin ane membalas pesan tsb, n begitu mendapat balasan kembali darinya... ane kaget n tertawa riang karena pesan tsb mengatakan bahwa ada potongan harga tiket 50% untuk pelajar... dgn girangnya ane lgsg memberitahu kedua teman ane... Akhirnya setelah semalaman berpikir, kami memutuskan untuk mengikuti seminar tsb, n kamipun mengikuti prosedur pendaftaran yg diberitahukan oleh official tsb dgn mentransfer uang kami... Akhirnya kami pun bs mengikuti seminar tsb.... :D

Sampai di sini dulu ceritanya, kapan-kapan kalo ada waktu ane lanjutkan kembali secara lbh detail, hehe... msh byk yg lbh seru lg apalagi pas moment-moment akhir, byk keputusan yang berani kami ambil... ada jg pengalaman seru selama perjalanan menuju seminar tersebut... God Bless.... :)

Minggu, 22 Januari 2012

Kisah Hidup "Merry Riana"

Dengan penghasilan total 1 juta dollar Singapura di usia 26 tahun, ambisi Merry Riana saat berusia 20 tahun terwujud.

Saat usianya menginjak 20 tahun, Merry Riana (31) punya mimpi. Dia ingin sebelum berusia 30 tahun sudah mendapatkan ”kebebasan” finansial.

Mimpi itu terwujud. Hanya setahun setelah dia bekerja, tepatnya di usia 23 tahun, Merry sudah berpenghasilan 220.000 dollar Singapura. Kira-kira sekitar Rp 1,5 miliar dengan nilai tukar saat ini. Setahun berikutnya, yaitu pada tahun 2004, dia mendirikan perusahaan Merry Riana Organization (MRO). Dua tahun berikutnya di usia 26 tahun, penghasilan totalnya mencapai 1 juta dollar Singapura -sekitar Rp 7 miliar.

Popularitas Merry melesat. Dia banyak diberitakan media massa di Singapura sebagai miliarder di usia muda. Lho, Singapura?

Meski lahir di Jakarta dari orangtua yang warga Indonesia, Merry mengawali karier sebagai konsultan keuangan, pengusaha, dan menjadi motivator di Singapura. Sejak lulus SMA, anak pertama dari tiga bersaudara ini ”mengungsi” ke Negeri Singa.

Ketika bertemu di Central Park, Jakarta, Minggu (10/7/2011)lalu, beberapa jam sebelum kembali ke Singapura, Merry bercerita sambil mengingat kembali perjalanan hidupnya. Pekan lalu, selama tiga hari, Merry ada di Indonesia untuk menjadi pembicara atas undangan sebuah perusahaan di Semarang, Jawa Tengah.

”Ya, sudah lama juga saya di Singapura. Meski rencana kembali ke Indonesia belum terlaksana, setidaknya pada tahun ini saya lebih sering datang ke Indonesia karena lebih banyak kegiatan yang dilaksanakan di sini,” kata Merry.

Kerusuhan 1998
Perjalanan hidup Merry di Singapura berawal ketika terjadi kerusuhan besar di Jakarta tahun 1998. Cita-cita untuk kuliah di Jurusan Teknik Elektro Universitas Trisakti buyar karena kejadian tersebut. Orangtua Merry kemudian memutuskan mengirimkan putrinya ke Singapura dengan alasan keselamatan.

”Waktu itu rasanya seperti ada dalam film perang. Saya diminta pergi agar saya selamat,” kata Merry merasakan kesedihan yang terjadi 13 tahun lalu.

Tanpa persiapan yang memadai untuk kuliah di luar negeri, Merry sempat gagal dalam tes bahasa Inggris di Nanyang Technological University. Tanpa persiapan bekal dana yang memadai pula, Merry meminjam dana dari Pemerintah Singapura. Tak hanya untuk biaya kuliah, tetapi juga untuk hidup sehari-hari. ”Utang saya totalnya 40.000 dollar Singapura,” kata Merry.

Dengan uang saku hanya 10 dollar per minggu, hidupnya harus superhemat. Untuk makan, misalnya, Merry lebih sering makan roti atau mi instan, atau bahkan berpuasa.

Ketika menyadari hidupnya tak berubah meski sudah memasuki tahun kedua kuliah, Merry mulai membangun mimpi. ”Saya membuat resolusi ketika ulang tahun ke-20. Saya harus punya kebebasan finansial sebelum usia 30. Dengan kata lain, harus jadi orang sukses. The lowest point in my life membuat saya ingin mewujudkan mimpi tersebut,” ujar Merry.

Meski sudah ada mimpi dan didukung semangat, Merry belum menentukan cara mewujudkannya. Pikirannya baru terbuka setelah magang di perusahaan produsen semikonduktor.

Dari pengalaman ini, Merry melakukan hitung-hitungan, seandainya dia menjadi karyawan perusahaan seusai kuliah. ”Dari perhitungan tersebut, ternyata saya baru bisa melunasi utang dalam waktu 10 tahun, tanpa tabungan. Kalau begitu caranya, mimpi saya tak akan terwujud,” kata Merry yang akhirnya memutuskan memilih jalan berwirausaha untuk mencapai mimpinya.

Karena tak punya latar belakang pendidikan dan pengalaman bisnis, Merry mengumpulkan informasi dengan mengikuti berbagai seminar dan melibatkan diri dalam organisasi kemahasiswaan yang berhubungan dengan dunia bisnis. Merry juga mencoba praktik dengan terjun ke multi level marketing meski akhirnya rugi 200 dollar.

Merry bahkan pernah kehilangan 10.000 dollar ketika memutar uangnya di bisnis saham. Mentalnya sempat jatuh meski dalam kondisi tersebut masih bisa menyelesaikan kuliah.

Tamat kuliah, barulah Merry mempersiapkan diri dengan matang. Belajar dari pengalaman para pengusaha sukses, dia memulai dari sektor penjualan di bidang jasa keuangan. Kerja kerasnya menjual berbagai produk keuangan, seperti tabungan, asuransi, dan kartu kredit, hingga 14 jam sehari mulai membuahkan hasil. Dalam waktu enam bulan setelah bekerja, Merry bisa melunasi utang pada Pemerintah Singapura. Tunai!

Kesuksesan lain pun datang. Karena kinerjanya, Merry bisa membentuk tim sendiri hingga akhirnya mendirikan MRO. Dengan penghasilan total 1 juta dollar Singapura di usia 26 tahun, ambisi Merry saat berusia 20 tahun terwujud.

Berbagi
Namun, seiring usia yang kian dewasa, menghasilkan uang hingga jutaan dollar bukan menjadi satu-satunya tujuan hidup Merry. Pengagum Oprah Winfrey ini lebih menikmati hidup ketika orang lain memperoleh kesuksesan seperti dia.

Pengalaman meraih sukses dibagikan kepada orang lain dengan berbagai cara, seperti menjadi pembicara di seminar, perusahaan, sekolah, serta melalui media seperti jejaring sosial, media massa, dan menulis buku.

Bersama timnya di MRO, Merry memiliki program pemberdayaan perempuan dan anak-anak muda. Anggota timnya di lembaga ini bahkan tergolong muda, berusia 20-30 tahun. ”Saya ingin menampung orang muda yang punya ambisi dan semangat seperti saya,” katanya.

Keinginannya untuk berbagi ini tak hanya dilakukan di Singapura. Pada ulang tahunnya ke-30, Merry membuat resolusi baru, yaitu memberi dampak positif pada satu juta orang di Asia, terutama di tanah kelahirannya, Indonesia.

Seperti MacGyver
Merry, yang sukses di bidang jasa keuangan dan kian sibuk dengan kegiatannya menjadi motivator, pernah punya cita-cita lain. Sewaktu kecil, anak sulung dari Suanto Sosrosaputro (62) dan Lynda Sanian (62) ini pernah punya keinginan untuk menjadi seperti sang ayah yang seorang insinyur elektro.

”Waktu kecil, kalau ditanya mau jadi apa, saya selalu jawab ingin seperti papa. Saya senang melihat papa mengutak-atik peralatan elektronik, seperti MacGyver,” kata Merry.

Cita-cita ini bahkan melekat hingga lulus SMA. Merry kuliah di Jurusan Teknik Elektro Nanyang Technological University setelah sebelumnya bercita-cita kuliah dengan jurusan yang sama di Universitas Trisakti.

Namun, perjalanan hidup Merry berubah. Meski bisa meraih gelar insinyur dalam waktu empat tahun, ilmu elektro yang dikuasainya tak terpakai dalam kariernya.

”Paling-paling dipakai di rumah. Kalau TV atau kulkas rusak, saya masih bisa memperbaiki, he-he-he. Tetapi, bukan berarti kuliah saya tak berguna. Semua proses yang saya jalani selama kuliah, telah membawa saya menjadi seperti sekarang ini,” kata Merry.

(Dikutip dari kompas)

Biodata:
• Nama: Merry Riana
• Tempat tanggal lahir: Jakarta, 29 Mei 1980
• Nama suami: Alva Tjenderasa (31)
• Nama anak: Alvernia Mary Liu (2,5)
• Pendidikan: S-1 Teknik Elektro Nanyang Technological University, Singapura (1998-2002)
• Pekerjaan: Group Director Merry Riana Organization
• Penghargaan:
- Salah satu pengusaha terbaik di Singapura dari Menteri Perdagangan dan Perindustrian Singapura (2008)
- Salah satu wanita paling sukses dan inspiratif dari Menteri Kepemudaan dan Olahraga Singapura (2010)
- Wanita paling inspiratif pada salah satu majalah bulanan Inspirational Woman Magazine (2011)
- Salah satu eksekutif paling profesional dari penampilan dan keahlian berkomunikasi dari surat kabar My Paper, Singapura (2010)
- Duta LG Asia, Watson, dan Canon (2010-2011)